Minggu, 20 Maret 2016

NAMA            : LESTARI WULANDARI
NIM               : 8156141008
KELAS           : REGULER A

SPEKTROSKOPI MASSA
            Spektroskopi UV-VIS untuk kimiawan organik digunakan untuk analisis kualitatif (λmaks) dan analisis kualitatif berdasarkan persamaan (Hukum) Lambert Beer. Spektroskopi IR untuk analisis gugus fungsional utama dan spektroskopi H1-NMR untuk menentukan berapa tipe (jenis) proton dan berapa perbandingan jumlah proton tersebut. Gabungan spektroskopi IR dan H1-NMRsudah cukup memuaskan untuk melacak (elusidasi) struktur senyawa organik.
            Spektroskopi massa (SM) akan melengkapi pelacakan struktur untuk suatu molekul yang belum diketahui Bmnya. Spektroskopi massa akan memberikan informasi harga BM (g/mol) dan bagaimana pola pemecahan (fragmentasi) dari suatu molekul organik. Rekonstruksi terhadap fragmen dan dipadu dengan interpretasi data spektra IR dan H1-NMR akan dapat mengelusidasi struktur molekul organik anknown.
1.      Dasar-dasar Spektroskopi Massa
     Dalam spektroskopi massa, maka molekul organik ditembaki dengan berkas elektron. Molekul akan melepaskan sebuah elektron dan membentuk ion positif radikal yang disebut sebagai ion induk atau ion molekuler dengan notasi (M.+). Selanjutnya ion molekuler akan pecah menjadi ion-ion anak yang lebih kecil dan seterusnya. Penulisan ion anak yang umum adalah menggunakan huruf kecil (m) untuk membedakannya dengan ion molekuler. Secara umum persamaannya ditulis seperti berikut :
     M:  + e M. +  m1+     +   m2 .   atau      m1+     +     m2    ...............................(1)
     Adapun dua kemungkinan jenis pemecahan ion molekuler yaitu menjadi ion positif dan suatu radikal atau ion positif dengan suatu molekul netral. Selanjutnya ion-ion anak dapat mengalami pemecahan lagi menjadi fragmen yang lebih kecil. Walaupun secara teoritis suatu molekul organik dapat pecah hingga menjadi fragmen yang paling kecil (atom) namun pada prakteknya hal itu tidak pernah menjadi dan dengan spektroskopi massa hanya diinterpretasi fragmen-fragmen yang umum terjadi pada suatu molekul organik yang mempunyai pola yang spesifik. Sesuai dengan gugus fungsionalnya. Elektron ditembakkan pada alat spektroskopi massa dengan skema seperti gambar 1.
Gambar 1. Proses Penembakan Molekul dengan Elektron
     Dalam spektroskopi massa yang terdeteksi adalah fragmen yang bermuatan positif (kation). Spesi ion positif dipisahkan oleh pembelokan dalam medan magnet yang dapat berubah sesuai dengan massa dan muatannya yang selanjutnya menimbulkan arus ion pada kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif (LR) atau relative abundance (RA) lawan perbandingan massa/muatan (m/e atau m/z) seperti spektra MS n-heksana berikut ini.
Gambar 2. Spektra MS n-heksana
     Ion limpahan yang paling tinggi disebut puncak dasar (based peak) yang dalam hal ini m/e = 57 diberi angka 100. Setiap molekul mempunyai puncak dasar yang spesifik yang merupakan fragmen yang paling stabil untuk molekul tersebut. Intensitas (limpahan relatif) fragmen yang lain relatif terhadap puncak dasar yang berarti stabilitasnya juga adalah relatif. Untuk alkana baik yang normal (tidak bercabang) maupun yang bercabang maka puncak spesifik yang timbul adalah dari m/e alkil (CnH2n+1). Maka puncak alkana yang paling sederhana dalah dari metil dengan m/e = 15. Dengan demikian cirir khas dari spektra MS alkana adalah memunculkan puncak-puncak m/e 15, 29, 43, 57dan seterusnya yaitu merupakan puncak dari CH3+, C2H5+, C3H7+, C4H9+ dan seterusnya. Pola (model) pemecahan dari n-heksana adalah seperti berikut ini.
Gambar 3. Pola Pemecahan Spektra MS n-heksana
Bila molekul molekul organik ditembaki dengan berkas elektron maka elektron yang terlepas dari molekul tersebut adalah elektron yang energinya paling tinggi (yang paling tidak stabil) pada molekul tersebut. Stabilitas elektron tergantung kekuatan ikatan dimana En > Eπ > Eσ. Dengan demikian urutan elektron yang dilepaskan juga adalah seperti urutan ini. Berikut ini adalah beberap contoh ion molekular senyawa organik setelah ditembaki berkas elektron.
2.       Proses Fragmentasi
     Dalam mempelajari spektroskopi massa (MS) atau pola fragmentasinya maka perlu diketahui beberap istilah atau definisi yang akan membantu kita dalam menginterpretasi data spektra MS sebagai berikut :
1.      Daya pisah
          Dalam spektroskopi massa ada komponen analiser yang berfungsi memisahkan ion molekuler (M) dengan (M + ∆M) yang disebut daya pisah (resolusi = R). Daya pisah atau resolusi (R) disefinisikan sebagai berikut
          R =   M / ∆M   ...............................................................................(2)
          Besarnya ∆M adalah perbedaan (jarak) antara dua puncak ion yang dipisahkan. Daya pisah adalah daya sensivitas dari alat spektroskopi massa dalam memisahkan puncak-puncak ion positif. Alat yang baik adalah bila daya pisahnya (R)   =  10.000 – 15.000.

2.      Limpahan Isotop
          Beberapa atom dalam senyawa organik mempunyai isotop yang radio aktif seperti 1H2, 1H3, 6C13, 8O18 dan juga atom halogen seperti Cl dan Br. Dengan demikian pada spektra MS akan memunculkan puncak M + 1 dan M + 2 yang limpahan relatifnya terhadap M dihitung dengan persamaan berikut.
M  +  1/M  =  (1,1  x  Jumlah C) + (0,37  x  Jumlah N) dan
M  +  2/M  =  [(1,1 x  Jumlah C)2 / 200] (0,2  x  Jumlah O) .......... (2)
Contoh : analin dan asetofenon.
                     
Analin :         M  +  1/M  =  (1,1  x  6) + (0,37  x  1) = 7,0 (7%)
M  +  2/M  =  (1,1  x 6)2 / 200 + 0 = 0,21 (0,21%)
Asetofenon :M  +  1/M  =  (1,1  x  8) + 0  =  8,8 (8,8%)
M  +  2/M  =  (1,1  x  8)2 / 200 (0,2  x  1)  = 0,58 (0,58 %).
          Untuk analin maka ketinggian puncak (M + 1) adalah 7% dibanding M dan ketinggian puncak (M + 2) adalah 0,21% dibanding M. Sedangkan untuk asetofenon maka ketinggian puncak (M + 1) adalah 8,8% dibanding M dan ketinggian puncak (M + 2) adalah 0,58% dibanding M. Ketinggian relatif ini sebanding dengan kelimpahannya di alam. Misalnya Cl35 : Cl37 = 3 : 1 dan Br79 : Br81 = 1 : 1 , sehingga hal ini merupakan ciri khas dari spektra MS organoklor dan organobrom.

3.      Ion Metastabil
          Dalam spektra massa kadang ditemukan puncak-puncak pecahan seperti : m/e = 60,2 ; 43,4 dan lain-lain. Hal ini disebabkan bila suatu fragmen yang lebih besar pecah menjadi ion yang lebih kecil beberapa molekul tidak pecah secara sempurna. Harga (m/e) dari ion metastabil dilambangkan sebagai (m*) yang dihitung dengan persamaan.
          m*   =  (m2)2 / m1 .........................................................................(3)
          Dengan  m1 adalah ion induk terhadap m2 dimana harga ini berkisar antara 0,1-0,4. Sebagai contoh spektra toluena terdapat puncak yang kuat pada m/e = 91 dan m/e = 65 bersama-sama dengan puncak metastabil dengan m/e = 46,4. Harga ini berasal dari m* = 652/91 = 46,4 yang berarti puncak m/e = 91 akan pecah menjadi m/e = 65 dengan melepaskan fragmen lain dengan harga m/e = 26.

4.      Jumlah ketidak jenuhan
          Ketidak jenuhan didefinisikan sebagai perbedaan jumlah hidrogen (H) dibagi dua dai suatu molekuldibandingkan dengan alkana normalnya. Sebagai contoh benzena dengan rumus molekul (RM) = C6H6 dengan normalnya C6H14, maka jumlah ketidakjenuhan (JKJ) = 14-6/3 = 4. Dengan demikian maka ikatan rangkap C = C, C = O dan C = N adalah suatu ketidakjenuhan, ikatan trippel C = C dan C = N adalah dua ketidakjenuhan dan cincin adalah satu ketidakjenuhan. Dengan demikian benzena mempunyai 4 ketidakjenuhan adalah 3 ikatan rangkap ditambah satu cincin. Jumlah ketidakjenuhan suatu molekul organik dapat dihitung dengan persamaan berikut.
JKJ  =  Karbon  +  1-(Hidrogen/2)  +  (Halogen/2)  +  Nitrogen/2 ...(4)
          Besarnya JKJ ini akan membantu kita dalam elusidasi struktur dengan spektroskopi karena kita dapat memperkirakan kemungkinan strukturya seperti untuk molekul C7H7NO.
JKJ  =  7  +  1-(7/2)  +  0  +  (1/2)  =  5
          Maka struktur yang paling mungkin patut diduga adalah cincin benzena (4 ketidakjenuhan) + karbonil (C=O) satu ketidakjenuhan sebagai berikut.
 
          Kemungkinan kombinasi lain juga bisa terjadi, sehingga kesimpulan struktturnya akan diperoleh dengan memadukannya dengan spektra IR dan H1-NMR.

5.      Hukum Nitrogen
          Menyatakan bahwa suatu molekul yang Bmnya genap maka molekul tersebut tidak mengandung nitrogen atau bila mengandung nitrogen maka jumlah N adalah genap. Sedangkan bila Bmnya adalah ganjil maka molekul tersebut mengandung Nitrogen ganjil.

6.      Aturan Elektro Genap
          Fragmen dengan elektron genap tidak akan pecah menjadi fragmen yang ganjil-ganjil (ion radikal-radikal)tetapi lebih cenderung pecah menjadi fragmen genap-genap (ion-molekul netral).
M    m1 .+  +  m2 .    lebih cenderung   M     m1 +  +  m2

     Keenam istilah atau definisi diatas akan sangat membantu kita dalam mengelusidasi struktur berdasarkan interpretasi spektra MS. Kesimpulan akhir tentu saja harus dikonfirmasikan pada hasil analisis spektra IR dan H1-NMR. Spektra MS tidak dapat secara langsung digunakan untuk elusidasi struktur kecuali bila dibandingkan dengan spektra MS standar (otentik).

3.      Proses Fragmentasi
     Spektra massa (MS) akan melengkapi spektra IR dan H1-NMR dalam pelacakan atau elusidasi suatu struktur molekul organik. Rekonstruksi dan perpaduan antara data gugus fungsional utama (spektra IR), tipe atau jenis jumlah tiap jenis proton (spektra H1-NMR) dan BM dan pola fragmentasi (spektra MS) akan dapat menentukan struktur suatu molekul organik anknown (tidak diketahui). Penggambaran (penulisan) proses fragmentasi ada beberapa versi sebagai berikut.
     Misalkan suatu ion molekuler atau ion pecahan lain melepaskan fragmen radikal metil (CH3), maka akan dihasilkan suatu fragmen yang m/enya lebih kecil dari ion induk yang digambarkan sebagai berikut :
M     (M-15) / (M - .CH3)   +  .CH3
     Maka dalam penulisan khususnya untuk ion yang melepaskan molekul netral lazim ditemukan fragmen :
M-18 untuk M-H2O
M-28 untuk M-CO
M-44 untuk M-CO2
M-34 untuk M-H2S  dan lain-lain
     Bila dalan suatu molekul terdapat secara bersama-sama elektron n dan elektron π yang mempunyai energi hampir sama, maka ion (m/e) molekuler kemungkinan adalah kombinasi dari ion positif dari setiap elektron tersebutseperti contoh berikut ini.
     Proses fragmentasi dapat terjadi baik secara heterolitik yaitu perpindahan dua elektron maupun homolitik perpindahan satu elektron seperti contoh berikut ini.
Homolitik :
     Dalam memperkirakan pola proses fragmentasi maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut :
1.      Pemutusan Elektron (ρ) Jenuh
           Untuk hidrogen jenuh alkana dan siklo alkana, maka ion molekuler terbentuk dengan melepaskan elektron ρ yang paling lemah yaitu ρ (C-C) yang percabangannya lebih banyak dibanding iktan ρ (C-H). Untuk mengeluarkan atau memutuskan ikatan ρ maka diperlukan elektron dengan energi yang tinggi.
Contoh : 
           R2-CH-CH2-R’   +  e     R2 HC .+  +  R’H2C.

2.      Pemutusan Elektron ρ dekat Gugus Fungsional
           Pemutusan ikatan ρ adalah lazim karena ikatan berdekatan dengan heteroatom yang elektronegatif sehingga ikatannya akan menjadi polar.
Contoh :
3.      Eliminasi dengan Pemutusan elektron ρ rangkap
           Pemutusan ikatan ρ rangkap dapat terjadi dengan melepaskan fragmen molekul netral seperti CO, H2O, C2H4 (alkena) dan C2H2 (alkuna). Eliminasi alkena dikenal sebagai kebalikan reaksi Diels-Alder (Retro Diels-Alder = RDA) menghasilkan kembali alkenanya.
a.       Mekanisme elektron tunggal
b.      Mekanisme elektron genap
4.      Mc. Laffety Rearregement
           Proses Mc. Laffety Rearregement atau penyusunan kembali terjadi pada senyawa karbonil seperti aldehid, keton, ester, asam karboksilat, amida dan anhidrida yang mempunyai hidrogen gamma.
           Sejumlah aturan (hukum) umum untuk meramalkan puncak-puncak utama dalam spektrum yang didasarkan pada konsep-konsep kimia organik fisik dapat dituliskan sebagai berikut :
a.       Ketinggian relatif dari ion molekuler adalah terbesar untuk rantai lurus dan menurun sesuai dengan derajat kenaikan cabang.
b.      Ketinggian realtif dari ion molekuler biasanya turun dengan kenaikan berat molekul dalam serangkaian homolog, kecuali ester-ester lemak.
c.       Pemecahan (cleveage) lebih cenderung pada percabangan atom karbon yang paling tinggi. Hal ini adalah karena stabilitas ion karbonium: tersier > . > sekunder > primer.
d.      Ikatan rangkap, struktur siklis terutama cincin aromatis dan heteroaromatis akan menstabilkan ion molekuler, sehingga akan menaikkan keboleh jadiannya ( probabilitas lebih tinggi) untuk muncul.
e.       Ikatan rangkap lebih cenderung mengalami pemutusan pada posisi alilik karena stabilitas resonansi.
f.       Cincin jenuh lebih cenderung putus pada posisi α dari ion molekuler dan muatan positif akan lebih stabil pada cincin (hukum c).
g.      Senyawa aromatik yang tersubstitusi alkil sama seperti hukum f, juga cenderung mengalami pemutusan pada posisi α dari cincin benzena memberikan ion benzil yang distabilkan oleh resonansi dan selanjutnya membentuk ion tropolium (ion cincin anggota 7)
h.      Pemutusan ikatan (C-C) dekat heteroatom cenderung meninggalkan uatan pada fragmen yang mengandung hetero atom khususnya pada elektron (n) yang distabilkan oleh resonansi.
i.        Pemecahan juga sering melepaskan fragmen berupa molekul netral (eliminasi) seperti : CO, olefin (alkena), air, amonia, H2S, merkaptan (R-SH), ketena dan alkohol. Sebagai contoh adalah Mc. Lafferty rearegement (penataan ulang Mc. Lafferty) seperti pada senyawa karbonil yang mempunyai hidrogen gamma dan pemecahan dengan pola Retro Diels-Alder (RDA) yang menghasilkan fragmen molekul netral berupa alkena (olefin). 
4.      Proses Fragmentasi dikaitkan dengan Gugus Fungsional
     Senyawa organik diklasifikasikan (digolongkan) berdasarkan gugus fungsional. Setiap gugus fungsional mempunyai pola pemecahan spektra MS yang spesifik secara umum. Berikut dikemukakan tentang pola pemecahan berdasarkan gugus fungsional.

1.      Alkana
           Pada alkana baik yang normal (rantai lurus) maupun yang bercabang mempunyai pola pemecahan yang spesifik dengan munculnya harga (m/e) alkil CnH2n+1. Dengan demikian ciri khas dari alkana akan memunculkan puncak-puncak alkil dengan m/e = 15, 29, 43, 57 dan seterusnya. Pemecahan akan cenderung pada percabangan dimana kecenderungan ini ditunjukkan kemunculannya sebagai puncak dasar. Kecenderungan ini disebabkan karena stabilitas ion karbonium mempunyai urutan: tersier > sekunder > primer (Hukum c). Sebagai ccontoh adalah spektra MS 2-metil pentana berikut :
Gambar 4. Spektra MS 2-metil pentana
           Puncak dasar adalah m/e = 43 yaitu dengan melepaskan fragmen yang sama yaitu M-43 dengan mekanisme sebagai berikut :

2.      Alkena
           Ion molekuler alkena akan muncul dengan melepaskan satu elektron π. Pemecahan akan cenderung terjadi pada posisi alilik dari ion molekuler yang distabilkan oleh resonansi (Hukum e). sebagai contoh adalah spektra MS dari trans 2-heksena. Puncak dasar adalah m/e (m/z) = 55 dengan mekanisme pemecahan seperti pada gambar 5 yang distabilkan oleh resonansi.
Gambar 5. Spektra MS dari trans 2-heksena.

3.      Alkuna
           Sama seperti alkena maka ion molekuler dari alkuna adalah dengan melepaskan elektron π. Fragmentasi yang umum adalah dengan melepaskan fragmen alkil CnH2n+1, sehingga akan memunculkan puncak-puncak (M-15, M-29, M-43 dan seterusnya). Pemecahan lain yang umum terjadi pada alkuna adalah dengan cara eliminasi alkena yang akan memunculkan puncak-puncak (M-28/etena), (M-42/propena) dan seterusnya. Untuk 1-butuna dan 2-butuna maka ion molekuler (M) adalah merupakan puncak dasar, sedangkan ion molekuler alkuna yang lebih tinggi lebih lama.

4.      Senyawa Aromatik
           Senyawa aromatik khususnya benzana tersubstitusi alkil akan cenderung mengalami pemutusan pada (C-C)α membentuk ion benzil yang selanjutnya akan memunculkan puncak dasar m/e = 91 dari ion tripolium (hukum g). Selanjutnya ion tripolium akan pecah dan mengeliminasi etuna membentuk ion karbonium cincin anggota 5 dengan m/e 65 dan kedua puncak ini adalah merupakan ciri khas dari benzena tersubstitusi alkil.
           Untuk substituen alkil yang mempunyai Hgamma, maka analog dengan senyawa-senyawa karbonil senyawa benzena tersubstitusi alkil akan mengalami Mc. Lafferty rearregement dimana gugus karbonil C=O analog dengan C=C dan akan memunculkan puncak m/e = 92 dengan mekanisme sebagai berikut.
           Ion karbonium benzenil (muatan positif pada benzena) berbagai derivat benzena seperti klorobenzena, fenol, nitrobenzena, dan lain-lain, akan terbentuk dengan melepas radikal subtituen dengan mekanisme umum sebagai berikut.
    
           Ciri khas dari pemecahan ini adalah munculnya ion meta stabil (m*) dengan m/e = 33,8 (512/77).

5.      Organo Halogen
           Untuk organo halogen (halida) khususnya Cl akan memunculkan puncak M: (M = 2) = 3 : 1, sedangkan untuk Br = 1 : 1. Hal ini disebabkan kelimpahan isotop Cl35 : Cl37 dan Br79 : Br81 adalah seperti perbandingan di atas. Pola pemecahan dari organo halogen adalah dengan melepaskan fragmen radikal halida dan radikal alkil dengan mekanisme umum sebagai berikut.
           Untuk gugus samping R yang bercabang maka kecenderungan pemutusan adalah pada percabangan yang paling banyak (hukum 3). Berikut ini adalah contoh spektra n-propilbromida dan 2-kloro propana atau isopropil klorida.
a.       Spektra MS n-propilbromida
b.      Spektra MS 2-kloro propana
Gambar 6. Spektra MS n-propil bromida dan 2-kloro propana
            Perhatikan bahwa ciri khas dari dua spektra organo bromida dan organo klorida adalah pada puncak (M : M + 2) seperti perbandingan diatas.

6.      Alkohol
           Ion molekuler dari alkohol 1° dan 2° mempunyai intensitas yang rendah sedangkan untuk alkohol 3° tidak terdeteksi. Pola pemecahan yang umum adalah pemutusan ikatan (C-C) dekat dengan heteroatom (hukum h).
           Untuk alkohol 2° dan 3°, maka akan diperoleh puncak-puncak dengan m/e sebagai berikut.
           Alkohol 1° R-CH = O+-H (m/e = 45, 59, 73 dan sterusnya).
           Alkohol 2° (R)2-C = O+-H (m/e = 59, 73, 87 dan sterusnya).
           Untuk alkohol 1° dan 2°, maka pemutusan akan cenderung terhadap R yang paling besar. Berikut ini adalah contoh spektra 3-metil-1-butanol.
Gambar 7. Spektra 3-metil-1-butanol
           Ion molekuler (M) denga m/e = 88 tidak muncul dalam spektra ini. Puncak m/e = 78 muncul dengan melepaskan air dari ion molekuler (M-18). Selanjutnya puncak m/e = 70, pecah dengan melepaskan radikal metil akan memunculkan puncak m/e = 55 sebagai puncak dasar (based peak). Untuk alkohol aromatik (bukan fenol), maka ikatan (C-C) posisi benzilik akan cenderung putus dengan muatan pada aril seperti contoh berikut.
7.      Senyawa Eter
           Pola pemecahan eter adalah pada ikatan  C-C dekat atom oksigen dan menghasilkan ion oksosonium.
           Bila pada posisi β terdapat atom hidrogen maka akan dapat pecah dengan eliminasi alkena dengan mekanisme sebagai berikut :
           Pemecahan dengan pemutusan alkil juga dapat terjadi dengan dua kemungkinan fragmen bermuatan positif sebagai berikut.
           Pemutusan dengan R yang bermuatan positif lebih cenderung dan sebanding dengan derajat kenaikan cabang (hukum c). Muatan positif pada atom yang elektronegatif seperti O adalah tidak stabil.

8.      Senyawa karbonil
           Senyawa karbonil yaitu mengandung gugus karbonil (C = O) adalah aldehid, keton, asam karboksilat, amida, anhidrida, dan ester bila mempunyai hidrogen gamma akan mengalami Mc. Lafferty rearegement (lihat proses fragmentasi 4). Senyawa karbonil yang umum mengalami hal ini adalah aldehid, keton dan ester. Secara umum pola fragmentasi dari senyawa karbonil adalah sebagai berikut.
           Untuk golongan ester pemutusan a dan b memunculkan kemungkinan empat puncak dengan mekanisme sebagai berikut.
           Fragmen (3) lebih cenderung terbentuk karena stabilisasi resonansi dengan harga m/e = 43, 57, 71 dan seterusnya.

9.      Amina dan amida
           Harga m/e dari ion molekuler dapat dirujuk pada Hukum Nitrogen apakah ganjil atau genap. Pola pemecahan amina adalah pemutusan ikatan (C – C) dekat heteroatom (N) dan biasanya merupakan puncak dasar karena stabilisasi resonansi dengan mekanisme umum sebagai berikut.
           Maka untuk amina akan memunculkan puncak-puncak dengan m/e = 44, 58, 72 dst (untuk 2°) ;  m/e = 58, 72, 86, dts (untuk 3°). Sedangkan untuk amina primer memunculkan ciri khas m/e = 30 dari fragmen (CH2= N+ - H2).
           Untuk amina maka kecenderungannya akan melepaskan rantai samping alkil dari (C – C) posisi α dari karbonil dengan mekanisme sebagai berikut.
           Untuk amida maka puncak diatas adalah merupakan puncak dasar karena stabilitas resonansi. Untuk amida monosubstituen akan muncul puncak-puncak dengan m/e = 58, 72, 86 dan seterusnya, sedangkan untuk amida disubstituen maka akan muncul puncak-puncak dengan m/e = 72, 86, 100 dan seterusnya.
           Pola pemecahan di atas adalah yang ideal yang ada pada prakteknya dalam kita menganalisis suatu spektra MS dapat terjadi penyimpangan dari aturan yang telah dikemukakan di atas. Dalam kita menganalisis suatu spektra MS maka beberapa definisi, aturan (hukum) dan pola pemecahan berdasarkan gugus fungsi biasanya secara simultan kita gunakan sebagai pedoman (Guideline). Untuk elusidasi struktur senyawa organik unknow, maka berbagai kombinasi spektroskopi UV-VIS , IR, H1-NMR dapat kita gunakan tergantung kebutuhannya. Membandingkan dengan spektra standar (otektik) yang ada di bank spektra adalah sesuatu yang umum dilakukan oleh kimiawan organik.

5.      Peralatan Spektroskopi MS
     Skema bagian alatnya yaitu tempat proses penembakan elektron terhadap sampel secara skematis dapat dilihat pada gambar 1. Skema lengkap peralatan spektroskopi MS adalah seperti gambar 8.
Gambar 8. Skema Peralatan Spektroskopi Massa (MS)
     Peralatan terdiri dari sebuah ruangan pemboman yang diisi cuplikan (sampel) dalam bentuk uap (skema gambar 1). Ruangan dihampakan (vakum) agar tekanan uapnya rendah sehingga sampel padat dan cairan mudah menguap. Selanjutnya ion molekuler (M) dan ion-ion anak (pecahan) yang bermuatan positif yang terbentuk akan dipercepat oleh akselerator (accelerator plate) oleh suatu muatan negatif yang terdapat diujung lainnya. Selanjutnya ion yang melalui celah (slits) dilewatkan melalui medan magnet dan dibelokkan sesuai dengan kecepatan yang tergantung pada perbandingan massa dan muatan menuju detektor. Selanjutnya recorder mencatat hasil berupa gambar antara limpahan relatif (LR) / relative abundance (RA) lawan m/e yang dikenal sebagai spektra MS.
     Pada saat ini peralatan MS sudah dipadukan dengan alat kromatografi gas (interface), sehingga setiap puncak yang terdapat pada kromatogram dapat dibuat data spektra Msnya. Peralatan tersebut dikenal sebagai Gas Chromatography-Mass Spektrocopy (GC-MS) yang skema peralatannya sebagai berikut.
              Gambar 9. Skema Spektroskopy GC-MS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar